Senin, 29 Desember 2008

Minggu, 23 November 2008

Reproduksi Karang

Reproduksi adalah salah satu fenomena biologi dalamawal siklus hidup sauatu organisme. Secara umum karang bereproduksi dengan dua cara, yaitu secara aseksual dan seksual.

Reproduksi Aseksual

Proses reproduksi aseksual pada karang dapat menghasilkan koloni-koloni baru atau karang soliter melalui berbagai mekanisme, yaitu melalui pertunasan (Budding), fragmentasi, pengeluaran polip (polip bail-out) dan reproduksi planula secara aseksual.

· Pertunasan

Pertumbuhan koloni melalui pembentukan polip-polip baru berlangsung selama proses pertunasan aseksual. Penambahan polip dapat terbentuk ketika suatu polip terbagi menjadi dua (intratentakuler budding), atau kadang-kadang suatu mulut baru dengan tentakel dapat terbentuk secara sederhana dalam ruang antara dua polip yang berdekatan (extratentakuler budding). Jika polip dan jaringan yang dibentuk oleh proses-proses pertunasan tetap melekat pada koloni induk dan kemudian tumbuh, maka akan menghasilkan suatu peningkatan ukuran koloni.

· Fragmentasi

Produksi aseksual melaui fragmentasi nampaknya penting untuk kebanyakan spesies-spesies karang dan terutama oleh populasi yang hidup dalam batas-batas fisiologi mereka. Fragmentasi karang umumnya terjadi pada spesies-spesies yang percabangannya halus atau spesies karang yang berbentuk plat tipis. Fragmentasi karang yang meliputi kerangka dasar dapat terlepas dari koloni induk sebagai hasil dari suatu aksi gelombang, badai gelombang, predasi oleh ikan, atau sumber-sumber fisik lainnya. Jika fragmen karang jatuh pada dasar yang keras, maka fragmen tersebut dapat bergabung denagn permukaan substrat dan terus tumbuh membentuk tunas.

· Pengeluaran polip

Pengeluaran (bail-out) polip yang terjadi melalui pemisahan dan penyebaran polip dari koloni-koloni induk. Di bawah kondisi yang tidak menguntungkan di laboratorium, polip dari koloni Seriatopora histrix terpisah dan terlepas dari calice yang pada beberapa contoh melekat kembali dan mensekresikan rangka baru. Pengeluaran polip ini dihasilkan oleh adanya tekanan tetapi ini dapat menjadi sangat efektif untuk penyebaran jarak-pendek.

· Produksi planula

Kemungkinan juga bahwa larva karang dapat dihasilkan dari telur-telur yang tidak terbuahi tetapi berkembang secara langsung, yang dikenal dengan partenogenesis.

Reproduksi aseksual memiliki keuntungan karena tidak membutuhkan pasangan dan keturunan yang dihasilkan adalah secara genetik identik dengan induknya, sehingga genotipnya secara lokal telah beradaptasi, serta memberikan perlindungan dalam ukuran terhadap pemangsaan. Sepanjang kondisi lingkungan tetap sama, keturunan yang dihasilkan akan memiliki tingkat kesuksesan yang sama seperti yang dialami oleh koloni-koloni induknya.

Sedangkan kerugiannya adalah suatu populasi yang tidak memiliki variabilitas genetik, sangat peka terhadap perubahan dalam komponen-komponen biologi dan fisik lingkungan oleh suatu peristiwa seperti El nino, predasi dan penyakit. Kemampuan penyebarannya yang terbatas, sedangkan distribusi hasil reproduksi penting dalam kesuksesan suatu populasi karang.

Reproduksi Seksual

Reproduksi seksual memberikan dua kesempatan bagi terjadinya kombinasi genetik yang baru, yaitu : 1) percampuran atau persilangan selama roses meiosis dalam pembentukan telur dan sperma, dan 2) kontribusi genetik dari induk ketika sebuah telur dibuahi oleh sperma. Hal tersebut memberikan tambahan variasi genetik terhadap populasi, yang mengarah pada peningkatan kelangsungan hidup dari suatu spesies.

Reproduksi seksual meliputi proses gametogenesis, yang membutuhkan beberapa minggu untuk sperma sampai lebih dari 10 bulan untuk telur. Pemijahan dan diikuti oleh fertilisasi akan menghasilkan larva planula yang dapat melekat, bermetamorfosis dan berkembang menjadi polip-polip utama.

Stuktur Koral

Pemberian nama karang adalah berdasarkan skeleton atau cangkang yang terbuat dari kapur, oleh karena itu pengenalan terminology skeleton sangat penting artinya. Lempeng dasar yang merupakan lempeng yang terletak di dasar sebagai pondasi dari Septa yang muncul membentuk stuktur yang tegak dan melekat pada dinding yang disebut Epitheca (Epiteka). Keseluruhan skeleton yang terbentuk dari satu polip disebut Corallite (Koralit) sedangkan keseluruhan skeleton yang dibentuk oleh keseluruhan polip dalam satu individu atau satu koloni disebut Corallum (Koralum). Permukaan yang terbuka disebut Calyx (Kalik). Septa dibedakan menjadi septa primer, sekunder, tersier dan seterusnya tergantung dari besar kecil dan posisinya. Septa yang tumbuh hingga mencapai dinding luar dari koralit disebut sebagai Costae (Kosta). Pada dasar sebelah dalam dari septa tertentu sering dilanjutkan suatu struktur yang disebut Pali. Struktur yang berada di dasar dan di tengah koralit yang sering merupakan kelanjutan dari septa disebut Columella (Kolumela).

Bentuk-bentuk koralit pada koloni karang

  • Meandroid : Bentuk koloni yang membentuk alur-alur memanjang dan berkelok-kelok dengan dinding sebagian bersatu.
  • Hydnoporoid : Bentuk koloni dimana koralit membentuk tonjolan-tonjolan seperti bukit.
  • Placoid : Bentuk koloni dimana koralit berbentuk tabung pendek atau agak panjang menebal muncul dari konesteum.
  • Phaceloid : Bentuk koloni dimana koralit sangat menonjol dan membentuk percabangan yang pada akhirnya berbnetuk kubah.
  • Cereoid : Berbentuk formasi koralit dimana dinding dari koralit yang berdekatan menjadi satu.
  • Flabelo-meandroid : Bentuk koloni dengan alur yang memnajang dan berkelok dengan dinding terpisah.
  • Flabellate : Bentuk koloni yang berbnetuk alur-alur dengan dinding yang terpisah.
  • Dendroid : Bentuk koloni dimana koralit berbnetuk tabung terbentuk berselang leling sepanjang percabangan.

Rabu, 04 Juni 2008

PENGINDERAAN JAUH

Inderaja termasuk ilmu yang relatif baru, berkembang sesudah pertengahan abad ke-20. berdasarkan sejarah perkembangannya ilmu ini turunan dari salah satu cabang ilmu kemiliteran khususnya untuk mata-mata musuh, terutama dalam upaya mencari obyek-obyek vital, sehingga butuh informasi yang sangat teliti. Inderaja untuk mesyarakat luas digunakan untuk mengenali sumberdaya alam dan lingkungan serta hal-hal yang terkait, sehingga diperlukan ketelitian informasi(baik jenis obyek maupun posisi) yang diperlukan. Sensor yang diperlukan berbeda karakteristiknya baik menginai ketelitian spasial maupun frekuensi perolehan datanya. Namun teknologi penyadapan informasi yang digunakan pada dasarnya sama, untuk itu konsep dasar ini perlu dipahami.

Pengrtian Penginderaan Jauh (Inderaja)

Penginderaan jauh berasal dari dua kata dasar yaitu indera berarti melihat dan jauh berarti dari jarak jauh. Jadi berdasarkan asal katanya (epistimologi), penginderaan jauh berarti melihat obyek dari jarak jauh. Lillesand dan Kiefer (1999) mendefinisikan penginderaan jauh sebagai ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala dengan jelan menganalisis menggunakan kaidah ilmiah data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala yang dikaji.

Obyek, daerah, atau gejala yang dikaji dalam definisi tersebut dapat berada dipermukaan bumi, di atmosfer, atau planet di luar angkasa. Kajian inderaja luar angkasa tidak dibahas lebih jauh, tulisan ini lebih banyak membahas inderaja untuk sumberdaya bumi. Obyek di permukaan bumi akan disadap informasinya menggunakan alat yang disebut sensor. Sensor tersebut dipasang di sebuah wahana yang berada di angkasa, seperti balon udara, pesawat terbang, satelit, atau wahana lainnya. Sensor yang digunakan bisa berupa kamera, scanner, magnetometer, maupun radiometer. Sensor tersebut menerima/merakam sinyal dari tenaga pantulan obyek yang diukur, berupa tenaga gelombang elektromagnetik, yakni tenaga elektrisitas dan magnetisme yang bergerak dengan kecepatan sinar (3 x 100.000.000 m/det), pada frekuensi dan panjang gelombang yang sangat bervariasi. Semakin tinggi frekuensi gelombang sinar tersebut maka semakin tinggi pula tenaganya. Hasil pemotretannya disebut sebagai data inderaja yang dapat berujut foto udara, citra satelit, citra radar, dan lainnya.

Anatomi BINATANG KARANG

Karang merupakan binatang yang sederhana berbentuk tabung dengan mulut berada di atas yang juga berfungsi sebagai anus. Disekitar mulut dikelilingi oleh tentakel yang berfungsi sebagai penangkap makanan. Mulut dilanjutkan denagn tenggorokan yang pendek yang lengsung menghubungkan dengan rongga perut. Di dalam rongga perut berisi semacam usus yang disebut denagn mesentri filamen yang berfungsi sebagai alat pencerna. Untuk tegaknya seluruh jaringan, polip didukung oleh kerangka kapur sebagai penyangga. Kerangka kapur ini berupa lempengan-lempengan yang tersusun secara radial dan berdiri tegak pada lempeng dasar. Lempengan yang berdiri ini disebut sebagai septa yang tersusun dari bahan anorganik dan kapur yang merupakan hasil sekresi dari polip karang.

Dinding dari polip karang terdiri dari tiga lapisan yaitu ektoderma, endoderma dan mesoglea. Ektoderma merupakan jaringan terluar yang terdiri dari berbagai jenis sel yang antara lain sel mucus dan sel nematocyst. Mesoglea merupakan jaringan yang ditengah berupa lapisan seperti jeli. Di dalam lapisan jeli terdapat fibril-fibril sedangkan dilapisan luar terdapat sel semacam sel otot. Sedangkan jaringan Endoderm berada di lapisan dalam yang sebagian besar selnya berisi sel algae yang merupakan simbium karang. Seluruh permukaan jaringan karang juga dilengkapi dengan silia dan flagela. Kedua sel ini berkembang dengan baik di lapisan terluar tentakel dan di dalam sel mesenteri. Lapisan ektoderm banyak dijumpai sel glandula yang berisi sel nematocyst. Nematocyst merupakan sel penyengat yang berfungsi sebagai alat penagkap makanan dan mempertahankan diri. Sedangkan Sel mucus berfungsi sebagai produksi mucus yang membantu untuk membersihkan diri dari sediment yang melekat.

Karang mempunyai sistem syaraf, jaringan otot dan reproduksi yang sederhana akan tetapi telah berkembang dan berfungsi secara baik. Jaringan saraf yang sederhana ini tersebar di ektoderm maupun endoderm serta mesogle yang dikoordinasi oleh sel khusus yang disebut sel junction yang bertanggung jawab memberikan respon baik mekanis maupun khemis serta adanya stimuli cahaya.

Jaringan otot yang sederhana biasanya terdapat di antara jaringan mesogle yang bertanggung jawab atas gerakan polip untuk mengembangkan atau mengkerut sebagai respon perintah jaringan syraf. Sinyal dari jaringan ini tidak hanya di dalam satu polip tetapi juga diteruskan ke polip yang lain.

Jaringan mesentrial filamen berfungsi sebagai otot pencerna yang sebagian besar selnya berisi sel mucus yang berisi enzim untuk mencerna makanan. Lapisan luar dari jaringan mesentri filamen dilengkapi sel cilia yang halus.

Organ reproduksi karang berkembang di antara mesenteri filamen. Pada saat tertentu organ-organ reproduksi terlihat nyata sedang pada waktu yang lain menghilang, terutama untuk jenis-jenis karang yang hidup di daerah tropis organ reproduksi ini dapat ditemukan sepanjang tahun karena siklus reproduksinya terjadi sepanjang tahun. Dalam satu polip dapat kita temukan organ betina atau kedua-duanya (hermaprodit). Namun karang hermaprodit jarang yang mempunyai tingkat pemasakan yang bersamaan.